- Back to Home »
- Budaya »
- MADURA DAN PERNIKAHAN DINI
Posted by : Ulul Albab LM Putra
Friday, April 18, 2014
MADURA DAN PERNIKAHAN DINI
Oleh : ULUL ALBAB LM PUTRA*
Madura, pulau ini merupakan bagian dari jawa timur yang berupa pulau,
budaya yang kuat menjadi ciri khas dari pulau ini. dan, celurit serta kerapan
sapi menjadi identitas masyarkat Madura di mata khalayak banyak. Celurit
melambangkan wajah keras masyarakat Madura, sikap yang berarti tanpa kompromi
dalam menyikapi kesalahan. Kerapan sapi menggambarkan sikap gigih dalam
mengejar kehidupan madani, hal ini menyebabkan banyak dari masyarakat Madura
yang merantau ke negeri orang demi mendapat nafkah.
Akan tetapi ada sebuah
identitas lain yang kadang tidak di dengar khalayak banyak. Identitas khusus,
yang sudah mendarah daging dalam masyarakat Madura. Yaitu pernikahan dini.
Pernikahan yang dilakukan oleh keluarga Madura dengan mempelai yang masih
berusia belia dan terkesan masih anak-anak.
Pernikahan dini ini terjadi karena banyak hal,
FAKTOR EKONOMI
Terjadi pada masyarakat yang tergolong menengah ke bawah. Biasanya berawal
dari ketidakmampuan mereka melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih
tinggi. Terkadang mereka hanya bisa melanjutkan sampai sekolah menengah saja
atau bahkan tidak bisa mengenyam sedikitpun kenikmatan pendidikan, sehingga
menikah merupakan sebuah solusi dari kesulitan yang mereka hadapi. Terutama
bagi perempuan, dimana kondisi ekonomi yang sulit, para orangtua lebih memilih
mengantarkan putri mereka untuk menikah, karena paling tidak sedikit banyak
beban mereka akan berkurang. Tetapi berbeda bagi anak laki-laki yang mempunyai
peran dalam kehidupan berumah tangga sangatlah besar, sehingga bagi kaum adam
minimal harus mempunyai ketrampilan terlebih dahulu sebagai modal awal
membangun rumah tangga mereka. Bgai sebuah keluarga yang bmiskin, pernikahan
usia dini dapat menyelamatkan masalah sosial ekonomi keluarga.
MEMINIMALISIR PERGAULAN BEBAS
Corak pergaulan remaja saat ini telah banyak menyimpang dari norma-norma
yang ada, terutama norma agama. Pernikahan dianggap sebagai sebuah solusi atas
apa yang acapkali ditimbulkannya. zina misalkan, sehingga tanpa disadari
pernikahan hanya sebagai alasan melegalkan dorongan seksual, tanpa memikirkan
dampak-dampak yang ditimbulkan akibat pernikahan tersebut. Tapi hal ini tidak
menjadi soal, sebab ini merefleksikan religi yang kuat dalam masyarakat Madura.
FAKTOR AMBISI
Sekilas kata ini memang terlihat sangat tidak pantas untuk menjadi sebuah
alasan suatu pernikahan. Tetapi terkadang ambisi menjadi salah satu faktor
adanya pernikahan dini. Keinginan mereka untuk segera merasakan kehidupan
berumah tangga membuat mereka mengambil keputusan yang terkadang tanpa
dibarengi dengan pertimbangan yang bijak, terkadang orientasi remaja bukanlah
orientasi berumah tangga, namun lebih cenderung pada tendensi seksualnya saja.
Inilah yang memunculkan dampak negatif yang sering kita temui.
FAKTOR MBA (MARRIED BY ACCIDENT)
Dan meski jarang terjadi di madura, Faktor yang keempat ini juga kadang
menjadi alasan dalam pernikahan dini. Tak jarang ketika orang mendengar tentang
pernikahan dini, asumsi pertama yang muncul, MBA (Married By Accident) adalah
penyebabnya. Dan memang fenomena yang sering kita dapati, hamil di luar nikah
kerap menjadi alasan para remaja zaman sekarang melakukan pernikahan dini ini.
Sungguh sangat disayangkan memang. Banyak generasi yang gagal membangun
hidupnya hanya dikarenakan kesalahan mereka dalam mengatur apa yang seharusnya
mereka lakukan Ketika mereka sudah dalam kondisi diluar kontrol, rasio mereka
kalah. Sehingga potensi kegagalan semakin besar, apalagi didukung dengan
tingkat emosional mereka yang cenderung labil. Faktor inilah yang menjadi salah
satu poros munculnya konotasi negatif.
Begitulah alasan-alasan terjadinya pernikahan dini di madura, tidak bisa dipungkiri hal ini menjadi sebuah
realita yang berbeda yang hanya ada dimadura. Adakalanya suatu saat nanti para
warga masyarakat madura lebih paham mengenai esensi suatu pernikahan, substansi
sebuah ikatan suci, sesuai dengan dogma-dogma agama yang dianut oleh
masing-masing pemeluk. Sebab, agama samawi manapun selalu membicarkan pernikahan dengan tujuan membentuk suatu
keluarga yang sejahtera, harmonis, dan sukses dalam menjalin persaudaraan baru.
Bukan hanya bersifat seremonial formal yang ujung-ujungnya hanya menjadi bom
waktu terhadap gagalnya suatu pernikahan.
* Mahasiswa Ilmu Komunikasi
FISIB universitas trunojyo madura