- Back to Home »
- ILMU KOMUNIKASI »
- KOMUNIKASI MASSA DAN OPINI PUBLIK
Posted by : Ulul Albab LM Putra
Thursday, April 17, 2014
OPINI PUBLIK
Opini publik merupakan salah satu pengintegrasian pendapat dari sekumpulan
orang yang menaruh perhatian terhadap suatu issue atau pokok permasalahan yang
sifatnya kontroversial. Pengintegrasian pendapat itu baru dapat disebut opini
publik setelah pesannya dimuat dalam media massa, yaitu disiarkan melalui
televisi, radio, atau dicetak melalui surat kabar atau majalah, serta diedarkan
& ditonton melalui film-film yang diputar di gedung-gedung bioskop. Jadi,
masyarakat mengetahui masalah yang mendapat opini dari masyarakat atau opini
dari publik-publik tertentu & membicarakan dalam pembicaraan di
warung-warung kopi, warung makan, di tempat kerja, & di mana saja ada kesempatan
mengobrol, setelah disiarkan atau dicetak oleh media massa.
Pembicaraan publik-publik tertentu itulah
yang kemudian disebut opini publik, yaitu opini yang berasal dari
individu-individu, kemudian mendapat tanggapan, didiskusikan, sehingga menjadi
lebih luas & lebih menyebar Hal itulah yang menyebabkan bahwa opini
publik itu sangat bergantung pada media massa. Tanpa media massa, masyarakat
tidak akan mengetahui adanya opini & publik-publik yang beraneka ragam,
yang menaruh minat atau tertarik pada permasalahan faktual yang muncul ke
permukaan itu, yaitu yang beredar di masyarakat & dimuat oleh media massa
cetak atau yang disiarkan melalui radio & televisi.
Opini yang disiarkan melalui media massa
itu biasanya mengenai permasalahan yang sangat faktual & kontroversial,
misalnya yang menyangkut kepentingan masyarakat atau yang berhubungan dengan
keadilan, kelayakan hidup, dan sebagainya. Masalah seperti itu biasanya yang
mengundang opini dalam masyarakat, seperti saat sekarang adalah mengenai kenaikan
harga sembako, susu untuk bayi & anak-anak, dan sebagainya. Opini publik
mengenai hal-hal tersebut akan terus diperhatikan orang, didiskusikan, ditambah
& dikurangi informasinya/faktanya, sehingga yang tidak faktual
ditinggalkan, yang agak faktual beredar luas di kalangan masyarakat, &
begitulah seterusnya.
Ferdinand Tonnies (dalam
Sunaryo, 1997, 30) menyebutkan ada tiga tahap opini publik dalam
perkembangannya, yaitu:
1.
Opini publik luftartig, yaitu opini publik yang
laksana uap, di mana dalam perkembangannya masih terombang-ambing mencari
bentuk yang nyata.
2. Opini
publik yang flussig, yang mempunyai sifat-sifat seperti air, opini publik ini
sudah mempunyai bentuk yang nyata, tetapi masih dapat dialirkan menurut saluran
yang dikehendaki.
3.
Opini publik yang festig, adalah opini publik yang
sudah kuat, & tidak mudah berubah.
Tahap perkembangan atau
pembentukan opini publik itu disebabkan perbedaan latar belakang pengetahuan,
pengalaman dari individu-individu yang menaruh minat terhadap permasalahan, di
samping usia, kedekatan terhadap masalah, pendidikan & faktor-faktor dari
luar dirinya seperti banyaknya masalah yang lain, pertentangan pengaruh teman,
waktu yang tersedia, dan sebagainya, turut berperan dalam pembentukan atau perkembangan
opini publik.
KOMUNIKASI
Proses komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
atau simbol sebagai media. Tanpa media tidak mungkin pesan bisa sampai kepada
komunikan yaitu penerima pesan. Lambang yang digunakan dalam penyampaian pesan
kepada komunikan adalah bahasa. Bahasa dalam komunikasi dikenal sebagai media
primer ini adalah: kial (gesture), isyarat, gambar, warna, & lain
sebagainya.
Jika bahasa sebagai media
primer, tentunya ada media lainnya, yaitu media sekunder, yang dalam
penyampaiannya menggunakan alat atau sarana misalnya: surat, telepon, surat
kabar, majalah, radio, televisi, film, internet, dst. Pada umumnya pembicaraan
dalam masyarakat yang dinamakan media komunikasi adalah media yang ke dua atau
sekunder. Jarang sekali bahasa dianggap media komunikasi, sebab bahasa dengan
pesan yang disampaikan menjadi suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Lain
halnya dengan media surat, telepon, radio & lainnya, tidak selalu
digunakan, sedangkan bahasa itu sudah menjadi paket, di mana orang
berkomunikasi pasti memakai bahasa. Jadi dengan demikian media adalah alat atau
sarana yang memungkinkan seseorang atau komunikator bisa menyampaikan pesan
kepada komunikan atau si penerima pesan, & seperti yang telah diutarakan
bahwa bahasa termasuk sebagai totalitas pesan. Bahasa memang yang paling banyak
digunakan dalam berkomunikasi, jadi jika menyebut media yang dimaksud adalah
semua alat di luar bahasa. Sesungguhnya bahasa adalah alat yang paling banyak digunakan
dalam berkomunikasi, karena bahasa sebagai lambang mampu mentransmisikan
pikiran, ide, pendapat, & lain sebagainya. Bila dibayangkan jika tidak ada
simbol-simbol untuk sesuatu benda di sekitar manusia yang selanjutnya menjadi
kata-kata, maka sulit sekali manusia berkomunikasi baik mengenai sesuatu yang
konkrit apa lagi abstrak. Karena dilengkapi dengan media di luar bahasa maka
manusia dengan mudah dapat berkomunikasi satu dengan yang lain, karena itu
dalam bentuk komunikasi ditambahkan satu bentuk lagi yaitu komunikasi medio
(medio communication) di samping bentuk komunikasi persona, kelompok, &
komunikasi massa.
KOMUNIKASI MASSA
Bentuk komunikasi massa ini
adalah suatu bentuk komunikasi yang memakai media massa. Komunikasi massa
sebenarnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa. (mass
communications), yaitu proses komunikasi melalui media massa. Menurut
Sastroputro (1987, 12), komunikasi massa itu memiliki ciri sebagai berikut:
1. Komunikasi
ditujukan kepada massa/orang banyak sebagai komunikan.
2.
Komunikasi dilakukan serempak.
3. Komunikator merupakan suatu organisasi, lembaga,
atau orang yang dilembagakan (institutionalized person).
4.
Pesannya bersifat umum.
5.
Media yang digunakan adalah media massa,
artinya bisa menjangkau sekaligus orang banyak.
6.
Umpan balik (feedback) tidak langsung/terlambat.
Berdasarkan ciri-ciri
komunikasi massa seperti yang telah diutarakan tersebut, jadi komunikasi massa
itu:
1. Pertama,
bahwa komunikasi massa itu adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa atau
orang banyak sebagai komunikannya. Komunikan yang merupakan kumpulan
anggota-anggota masyarakat itu bersifat heterogen. Ini berarti bahwa komunikan
yang terpencar-pencar itu bermacam-macam dalam berbagai hal seperti: jenis
kelamin, usia, pendidikan, agama, pengalaman, pekerjaan, keinginan, cita-cita,
pandangan hidup, & sebagainya. Komunikan yang heterogen itu akan
menyebabkan kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan informasi melalui
media massa karena setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar
keinginannya terpenuhi. Demikian juga bagi pengelola media massa tidak mungkin
untuk memenuhi keinginan komunikan, & salah satu cara untuk dapat mendekati
keinginan seluruh khalayak komunikan adalah dengan mengelompokan berdasarkan
perbedaan-perbedaan yang ada. Dengan demikian khalayak penonton dapat
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia pekerjaan, pendidikan,
kesenangan, dsb. Seperti telah dikemukakan pengelompokan yang dilakukan oleh
berbagai media massa dengan mengadakan rubrik-rubrik atau acara tertentu untuk
kelompok atau publik:
-
pembaca surat kabar atau majalah,
-
pendengar radio,
-
penonton televisi.
Hampir
semua media massa menyajikan rubrik-rubrik khusus bagi publik masing-masing
medianya. Dalam media mass cetak misalnya diadakan rubrik khusus untuk:
anak-anak, remaja, & dewasa; pemeluk Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, & kepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa; murid/siswa TK, SD, SMP,
SMU, & mahasiswa; penggemar seni teater; teknologi; & kelompok-kelompok
lainnya. Pada media televisi pun diadakan acara-acara khusus sesuai dengan
kelompok penonton, seperti: acara anak-anak, kaum wanita, dewasa, kesenian
tradisional, hiburan musik, film khusus anak, film dewasa, dapur sehat, dialog,
dsb.
2. komunikasi
dilakukan serempak, ini berarti bahwa ciri komunikasi massa dengan media massa
dapat melakukan keserempakkan pada komunikan dalam menerima pesan-pesan yang
disebarkan. Dengan ciri keserempakan itu maka pesan-pesan yang disebarkan bisa
dengan cepat diterima di mana saja di seluruh daerah di Indonesia, &
penerimaan pesannya juga pada saat yang sama. Media massa televisi & radio
merupakan media elektronika yang benar-benar serempak dalam penyajiannya,
demikian juga penontonnya yang mendengarkan & menonton acara yang
disiarkan. Media surat kabar, majalah, & film sedikit berbeda dengan kedua
media massa terdahulu. Surat kabar, majalah, & film bisa serempak dalam
menyebarkannya tetapi pembaca surat kabar atau majalah & penonton film di
bioskop berbedas dalam membaca & menontonnya, hal ini karena karakteristik
khusus pembaca & penonton film yang tidak sama dengan pendengar radio &
penonton televisi yang pengelola & publiknya bersamaan menyiarkan &
menonton atau mendengarnya.
3. Komunikatornya
merupakan suatu organisasi atau lembaga, & orang yang dilembagakan. Media
massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga atau suatu organisasi.
Hal ini berbeda dengan komunikator lain seperti dalang yang muncul dalam suatu
forum bisa bertindak lebih bebas, karena ia bertindak atas namanya sendiri.
Komunikator pada komunikasi massa, misalnya wartawan surat kabar, penyiar
televisi, ia bertindak bukan atas namanya sendiri, tetapi atas nama lembaga,
sehingga ia tidak bisa melanggar kebijaksanaan lembaga baik surat kabar maupun
stasion televisi yang diwakilinya. Wartawan atau penyiar televisi tidak
mempunyai kebebasan individual, semua berdasarkan kebijakan lembaga.
Komunikator pada media massa itu tidak bekerja sendirian, tetapi bersama orang
lain, & merupakan hasil kerja sama sejumlah orang. Karena itu maka
komunikator media massa perlu betul-betul yang trampil sesuai dengan
profesinya, sehingga bisa menghasilkan kerja yang baik, bermutu, & berdaya
guna.
4. Pesannya
bersifat umum. Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum, karena
ditujukan kepada umum & mengenai kepentingan umum. Jadi pesan pada media
massa memang tidak ditujukan untuk perseorangan atau kelompok-kelompok tertentu,
walaupun yang membaca, mendengar, atau menontonnya individu-individu tertentu
yang tidak saling mengenai & berhubungan satu sama lain. Memang inilah yang
membedakan media massa dengan media bukan massa. Media surat, telepon,
telegram, e-mail, atau teleks bukan media massa karena ditujukkan kepada orang
tertentu. Media massa tidak menyiarkan pesan yang tidak menyangkut kepentingan
umum, semua pesannya ditujukan untuk kepentingan umum. Media massa bisa saja
meliput atau menyiarkan pejabat pemerintah yang meresmikan atau membuka proyek
pembangunan, tetapi media massa tidak akan meliput atau menyiarkan resepsi yang
bersifat pribadi dari pejabat itu, kecuali kalau pejabat itu kepala negara atau
presiden/wakilnya. Peliputan itu karena kekhususan bagi pejabat yang satu atau
dua orang di suatu negara.
5. Media yang
digunakan adalah media massa. Ciri yang ke lima mengenai media yang digunakan
dalam komunikasi massa, media yang digunakan adalah media massa, yaitu media
yang dapat menjangkau orang banyak. Satu stasion televisi misalnya untuk
komunikan yang banyak & tersebar di seluruh tanah air. Hal ini bisa karena
memang sifatnya yang masal dari media massa itu. Lain halnya dengan media cetak
surat kabar atau majalah yang asalnya satu kemudian diperbanyak sesuai dengan
perkiraan yang membutuhkan. Tetapi saat diterima oleh komunikan dapat dibaca
oleh leibh dari satu orang. Yang dilihat dari media massa jenis ini adalah
keserempakan diterimanya & juga mungkin dibacanya.
6. Umpan balik
(feedback) tidak langsung/terlambat. Ciri media massa yang terakhir ini berarti
bahwa pesan yang disebarkan itu bersifat satu arah, feedback-nya tidak
langsung. Feedback-nya (sesuatu yang kembalinya) tidak saat itu seperti dalam
komunikasi antar persona yang bentuknya timbal balik. Komunikator dalam
komunikasi antar persona dapat secara langsung mengetahui reaksi yang berasal
dari komunikan, sehingga bisa diketahui & disusun strategi lanjut dari
komunikasi itu. Jadi dalam komunikasi massa, komunikator sama sekali tidak
mengetahui arus balik yang berasal dari komunikan (pendengar, penonton,
pembaca) saat itu. Jika ada arus balik atau reaksi itu terlambat atau tertunda,
karena harus menunggu tanggapan yang belum ada. Penyiar radio & televisi
atau sutradara film tidak mengetahui tanggapan khalayak: pembaca, pendengar,
atau penonton yang dijadikan sasaran penyiarannya, penerbitannya, atau
peredarannya pada saat itu.
Media dalam Proses Komunikasi
Seperti telah diuraikan di muka proses komunikasi bisa dilakukan dengan dua
cara:
a.
Proses komunikasi
secara primer
Proses komunikasi secara primer yaitu
proses penyampaian pesan yang berisi pikiran, ide, atau perasaan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat,
gambar, warna, dsb.
b.
Proses komunikasi
secara sekunder
Berbeda dengan proses komunikasi secara
primer, dalam proses komunikasi secara sekunder dalam prosesnya memakai alat
atau media, media yang dimaksud misalnya: surat, telepon, teleks, surat kabar,
majalah, radio, televisi, film, dsb. Proses komunikasi sekunder ini sebenarnya
merupakan sumbangan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang &
waktu.
Dalam proses komunikasi primer
antara komunikator & komunikan, bahasalah sebagai penghubung yang paling
utama di samping:
a. Kial
atau gesture yaitu gerakan-gerakan anggota tubuh seperti gerakan tangan, mata,
badan, dsb.
b. Isyarat
dengan menggunakan alat seperti kentongan, sirene, asap, bedung, dsb.
c. Gambar,
apa pun bendanya menggantikan suatu lambang kata tertentu. Sering kali gambar
inilebih menarik orang, terutama anak-anak, juga sering akan membawa pada
suasana yang lebih menyenangkan dari pada hanya simbol atau lambang bahasa.
Perbedaan antara proses
komunikasi primer & proses komunikasi sekunder, jika dalam proses
komunikasi primer yang mendominasi adalah bahasa, maka dalam proses komunikasi
sekunder adalah media atau alat yang bermacam-macam wujudnya. Dengan
berkembangnya teknologi karena peradaban manusia makin tinggi, maka komunikasi
bermedia mengalami kemajuan pesat yang bisa memadukan bahasa dengan gambar
& warna, sehingga melahirkan film, televisi, video, piringan laser, VCD,
dst., demikian jugadengan media cetak, tidak hanya menghasilkan surat, poster,
spanduk, bulletin, dst., tetapi juga menghasilkan surat kabar, majalah, &
tabloid dengan berbagai bentuk, warna, & kertas yang dipakainya.
Media yang digunakan dalam proses komunikasi sekunder oleh O.U. Effendy (1884, 23) diklasifikasikan menjadi:
Media yang digunakan dalam proses komunikasi sekunder oleh O.U. Effendy (1884, 23) diklasifikasikan menjadi:
1.
Media
massa (mass media) &
2.
Media
nir massa atau non massa (non mass media).
PENGARUH MEDIA MASSA DALAM OPINI PUBLIK
Pengaruh Media Massa dalam
Opini Publik Informasi yang dimuat dalam media massa akan segera tersebar
kepada khalayak yang besar, heterogen, & anonim. Wrigt (dalam Hennesey,
1981, 206) menyatakan bahwa pesan-pesan yang disampaikan kepada khalayak itu terbuka,
sering dirancang untuk mencapai kebanyakan anggota khalayak secara simultan,
sehingga pesan-pesan itu akan memberikan opini dari khalayak sebagai komunikan.
Pesan yang biasa akan berlalu begitu saja, tetapi yang berhubungan dengan
kepentingan rakyat banyak atau hajat hidup orang banyak sering kali
menghasilkan opini yang dalam, yang cenderung menyerang kebijakan pemerintah.
Dalam situasi saat sekarang, jika ada informasi mengenai kebutuhan pokok rakyat
banyak, seperti minyak goreng, susu bubuk untuk balita, gula pasir, & beras
akan banyak melahirkan opini dari rakyat sesuai dengan golongan-golongan
profesinya, yang selanjutnya melahirkan opini publik. Berita dari media massa
sering ditunggu oleh khalayak karena keingintahuan dari mereka. Sebaliknya juga
pembuat keputusan yaitu pemerintah menjadikan media massa sebagai alat untuk
mengetahui pikiran, keinginan masyarakat, sekali pun tidak diketahui secara
pasti apa yang dikehendaki masyarakat banyak. Tetapi di saat ini, sebenarnya
pemerintah dapat dengan mudah apa yang merupakan keinginan atau yang
dikehendaki rakyat. Jika keadaannya kritis sebaiknya pemerintah tidak perlu
banyak curiga, jika opini-opini publik di berbagai kota & daerah terus
berlanjut, itu tandanya bahwa opini rakyat memang ada atau terbukti. Dari
contoh tersebut jelaslah bahwa baik pemerintah maupun rakyat sebenarnya
masing-masing saling memperhatikan, media massa menjadi perantaranya. Yang
mempunyai cukup waktu akan menyimak informasi melalui televisi atau radio.
Sebaliknya yang tidak cukup waktu mereka akan membaca media cetak sebagai alat
untuk memuaskan kebutuhannya.
Media massa bagi masyarakat
sebagai konsumennya memberikan tiga fungsi pokok, yaitu:
1.
Hiburan,
2.
Petunjuk/pemberi
arah bagi kehidupan sehari-hari, &
3.
Sebagai
sumber informasi & pendapat tentang berbagai peristiwa dalam masyarakat
(Hannesey, 1981, 208).
Bagi masyarakat Indonesia
ketiga fungsi media massa itu dinikmati oleh sebagian besar yang
menyimak/membaca media tersebut. Dalam situasi krisis, berita-berita atau
informasi mengenai situasi & politik negara, ditunggu, ditonton, dibaca,
& didengar oleh segenap lapisan masyarakat. Kemudian mereka mendiskusikan
dengan anggota keluarga & teman-teman sepekerjaan atau pergaulan, yang pada
akhirnya melahirkan opini yang kadang-kadang sama atau berbeda terhadap yang
dipermasalahkan.
Media massa pers, radio, &
televisi mampu memikat perhatian khalayak secara serempak & simultan,
karena itu ketiga media massa itu sering menimbulkan masalah dalam segala
bidang kehidupan. Karena itu keberadaannya perlu diperhatikan oleh pemerintah
& pengaruhnya juga perlu mendapat perhatian seksama dari pemerintah.
Sewaktu-waktu akan memperkuat posisi pemerintah karena dukungan dari
khalayaknya terhadap keputusan-keputusan yang dikeluarkan, tetapi sewaktu-waktu
juga merupakan ancaman terhadap pemerintah karena opini-opini khalayak (opini
publik) yang tajam & menusuk kadang-kadang mengkhawatirkan situasi yang
ada. Jika khalayak atau publik tertentu mendukung kebijakan pemerintah, akan
sangat menguntungkan posisi pemerintah.