- Back to Home »
- cerita , Hikmah dari seberang »
- MANGKUK KAYU
Posted by : Ulul Albab LM Putra
Friday, February 22, 2013
Seorang laki-laki tua tinggal bersama anak
laki-lakinya, menantu dan cucunya yang baru saja berusia 4 tahun. tangan lelaki
tua itu gemetaran, matanya kabur dan jalannya tertatih-tatih.
keluarga ini selalu makan bersama dimeja, namun tangan orang tua mereka yang gemetaran membuat makan menjadi pekerjaan yang sulit baginya. pastei (pei) menggelinding dari sendoknya jatuh kelantai. bila ia meraih gelas, susu tumpah membasahi taplak meja. anak dan menantunya menjadi jengkel karena kotoran yang diakibatkannya.
"kita harus berbuat sesuatu terhadap ayah.", kata si anak.
"aku sudah tidak sabar lagi melihat tumpahan susu. berisiknya kunyahan dan makanan yang jatuh kelantai."
kemudian suami istri itu menyediakan meja kecil dipojok rumah. dimeja
ini ayah mereka makan seorang diri. karena sang ayah juga memecahkan satu atau
dua piring, maka makanan dimeja kecil ini disajikan dalam mangkuk terbuat dari
kayu.
bila keluarga ini melihat
sekilas kearah lelaki tua itu, terkadang tampakmatanya berkaca-kaca selagi ia
duduk sendiri. apabila sang kakek menjatuhkan garpu atau menumpahkan makanan,
mereka menegurnya dengan keras. sang cucu yang berumur 4 tahun diam-diam
menyaksikan semua kejadian itu.
suatu petang, sebelum makan malam, sang ayah menyaksikan anaknyabermain-main dengan ptongan-potongan kayu dilantai. dengan manis ia bertanya, "Lagi bikin apa, nak?"
sang anak dengan manja menjawab, "ohhh...aku sedang membuat mangkuk kecil untuk makan papa dan mama bila aku sudah besar nanti."
anak umur 4 tahun ini tersenyum manis lalu kembali bekerja.
kata-kata si anak
menampar kedua orang tuanya sehingga mereka tak kuasa berkata-kata. air
mata mulai mengalir dipipi mereka. meskipunkeduanya tidak berbicara, tapi
mereka tahu apa yang harus segera dilakukan.
malam itu juga, sang suami memegang dengan lembut tangan ayahnya lalu membimbingnya ke meja keluarga. sejak hari itu, lelaki tuaitu makan lagi bersama keluarganya. dan suami istri itu tidak pernah lagi memperdulikan garpu yang jatuh, susu yang tumpah dan taplak meja yang kotor. (Author Unknown)