Posted by : Ulul Albab LM Putra Monday, March 24, 2014


“Lidya..” panggil Iqbal “ ayo berangkat, sebentar lagi pelajaran di mulai”
“Iya mas, bentar !” jawab Lidya dari dalam rumah
Sebentar kemudian sesosok permpuan keluar dari rumah  menuju  motor yang telah ditunggangi Iqbal.
“Lidya… kapan kamu  bisa pakai jilbab?”  ucap Iqbal dalam hati melihat rambut Lidya masih tergerai indah di punggungnya.
“Ayo mas..!” cetus Lidya begitu duduk di boncengan motor Iqbal
“Ah.... iya !” balas Iqbal seraya mulai menjalankan motornya
Di perjalanan pikiran  Iqbal masih berkutat pada keinginannya membuat Lidya memakai jilbab. Sudah berulangkali ia membujuk adik satu-satunya itu agar mau menggunakan jilbab. Sudah beragam cara di lakukan demi keinginan itu tapi Lidya tetap saja acuh teguh pada pendiriannya sendiri.
“Nggak mas, tekad Lidya udah bulat. Lidya nggak mau pakai jilbab”
“Tapi kenapa..?”
“Mas nggak perlu tahu, yang pasti Lidya nggak akan mau, titik..!”
Itu Yang selalu jadi jawaban Lidya bila Iqbal membujuknya, entah apa yang Lidya inginkan, apakah ia takut terlihat tidak cantik…?

***

11 november 2009

Suasana rumah  Iqbal dan Lidya begitu ramai, karena hari ini Iqbal ulang tahun. Dan seperti tahun-tahun yang sebelumnya pesta ulang tahun dia adakan di rumah Iqbal sendiri, demi kenyamanan bersama.

“Happy Birth Day to you…
 Happy Birth Day to you…
 Happy Birth Day to you...
Lagu itu seakan-akan menjadi lagu wajib dalam pesta itu, Iqbal sangat bahagia hari ini, sehingga tak salah jika kebahagiaan menyelimuti hari-harinya.
”Tiup lilinnya…tiup lilinnya…tiup lilinnya sekarang juga…!” suara para undangan bergemuruh meminta Iqbal agar segera meniup lilinya
“Horee…” riuh lagi setelah Iqbal berhasil menandaskan tiupan lilinnya.  Semuanya gembira, membuncah menyeruak menjadi selimut hati untuk malam ini, entah hari esok..?
Untuk sesi selanjutnya adalah pemotongan kue tart, dan Iqbal memberikan pototngan kue pertama pada adik tercintanya Lidya… sedangkan Lidya menerima dengan hati berbunga-bunga sambil berbisik
“Mas, Lidya punya kado spesial buat Mas Iqbal”
“Ohya?” Tanya Iqbal tersenyum.
Yang di tanya mengangguk pasti sembari membalas senyuman Iqbal
Hati Iqbal di selimuti rasa penasaran yang amat sangat
“Apa hadiyah dari Lidya? Apakah aku akan suka?” Beragam pertanyaan merasuki pikirannya, tapi yang pasti Iqbal akan berusaha untuk tetap merasa bahagia apapun itu, demi Lidya.
Pesta usai, waktunya membuka kado, Iqbal menuju Kado milik Lidya, ia perlahan membuka kado tersebut. Rasa penasaran kembali menyeruak di dadanya, sebuah kotak itu terpecah menjadi menjadi kepingan asa yang rusak, keinginan itu tak terpenuhi.
“Tara........!!!” Lidya mengagetkan Iqbal begitu kotak kado itu terbuka.
“Buku?” pikir Iqbalsaat melihat isi kado.
“Aku kasih buku kesukaan mas,?” pikir Iqbal saat melihat isi kado.
“Aku kasih buku kesukaan mas,Yerussalam, sudah lama kan mas nyari buku ini?” dengan penuh rasa optimis Iqbal merasa bahagia, Lidya menjelaskan.
Iqbal terpaksa menyunggingkan senyumnya, melihat Lidya girang bukan kepalang, padahal bukan buku yang ada yang membuat bahagia, yah........demi adik tercinta apa boleh buat, munkin demi Lidya berkorban perasaan harus di lakukan.

***

Dear Lidya….
Lidya …maafin mas Iqbal. Bukan maksud mas nyakitin perasaan kamu ,cuman mas pengen nyeritain perasaan mas yang sebenarnya .
Lidya …mas pengen kamu itu jadi cewek yang  sholehah, yang nantinya menjadi bidadari dunia, mas pengen kamu bisa menjadi  wanita yang taat pada suami, taat pada Allah, pada orang tua, dan tentunya bermaanfaat pada orang-orang sekitarmu .itu keinginan utama mas.
Lidya……..
Kau tau nggak ,selama ini mas punya cita-cita besar buat kamu ? cita –cita agar Lidya jadi insan yang bertakwa. Itulah yang mebuat mas pengen Lidya pakek jilbab, soalnya wanita itu harus di mulyakan. Dan dengan memakai jilbab wanita nampak berarti. Sehingga orang–orang dapat menghargai  wanita itu.
Lidya ….
Mas Iqbal sayang  sama kamu lid, sayang banget. Sehingga mas menginginkan hal yang terbaik buat kamu. Mas pengen Lidya menjadi orang yang benar-benar berarti bagi setiap orang yang mengenal Lidya .
Lidya …
Maaf ya kalo mas buat Lidya tersinggung .
Kalo memang Lidya nggak suka, nggak apa-apa kok !
Ini semua di tulis  cuma karena keinginan mas agar Lidya tahu bahwa mas sayang banget sama Lidya.
Senyum selalu ya………….
                                                                                                  Kakakmu.
                                                                                                       
                                                                                            IQBAL MAULANA.  


Sebenarnya surat itu tak pernah sampai pada diri Lidya .hanya saja Lidya tak sengaja menemukan surat itu ketika dia membersihkan kamar Iqbal. surat itu di temukannya terselip di AGENDA  Iqbal.
Dan sungguh surat itu membuat Lidya menangis, entahlah? sebuah perasaan yang begitu mengharukan menyeruak di dada Lidya . ada rasa bersalah, bingung, senang ,semuanya bercampur haru. Membuat ia tahu betapa Iqbal sangat menyayanginya .
Namun keadaan kembali berubah, selalu terbawa alur kehidupan yang dinamis, beberapa saat setelah lidya membaca surat iqbal yang tak pernah  sampai, tiba-tiba  keluarganya dikejutkan berita iqbal mengalami kecelakaan dan dalam keadaan kritis. Semua tersentak..! kalut dalam selimut duka yang merongrong di hadapan mata mereka.
Semuanya tergopoh-gopoh ,terburu-buru untuk mengetahui keadaan iqbal , tidak terkecuali lidya , lidya sempat histeris melihat iqbal kritis.

 “Mas Iqbal”
 “Mas! “ pekik lidya tak tahan melihat Iqbal terbaring lemah di ruang ICU. Air mata terus membasahi wajah keluarga Iqbal.
          
Suasana semakin genting, keadaan Iqbal semakin kritis, upaya terus di lakukan . tapi ternyata tuhan berkehendak lain, Iqbal meningal dunia, ia banyak kehilangan darah dan mengalami kerusakan di berbagai organ tubuh dalamnya, itu semua membuat Iqbal tak tertolong lagi.

Lidya histeris…….
Ia menangis sejadi-jadinya.
Ia tak tahan lagi……….
        

Segera ia menerobos orang-orang  sekitar dan memaksa masuk menuju Iqbal yang sudah tak bernyawa. Ia menyambar taplak meja yang ada di samping Iqbal dan, mengenakannya pada kepalanya sehingga berbentuk jilbab.
          
“Mas Iqbal....!!!” teriak Lidya pada sosok kaku, tubuh Iqbal “Mas, Lidya pake’ jilbab mas...!” air mata terus bersimbah dari wajah Lidya

“Mas, Mas Iqbal bangun...!!! Lidya sudah pake’ jilbab mas. Kata mas pengen lihat Lidya pake’ jilbab, mas..., bangun mas ,lihat lidya..!!!”

Lidya terus –menerus histeris,  ia tak sadar bahwa Iqbal sudah tak bangun, ia terus berusaha membangunkan Iqbal.

 “Mas …lihat Lidya mas..!!”
 “Lidya sudah berubah, mas, katanya cita-cita mas Iqbal pengen lihat Lidya jadi wanita yang baik, bangun mas………,jangan tinggalin Lidya…”
                  
Hu…hu…hu…  

Lidya terlambat , Iqbal tidak pernah bangun lagi. Iqbal sudah ada di dunia yang nyaman, Lidya tidak bisa memaksa perasaan sayang itu hanya sebuah gambaran tentang keabsahan hidup.

Lidya masih terus berusaha membangunkan  Iqbal. Terus…terus…berupaya, tubuh Iqbal di goyangkan namun semuanya tiada hasil, malah kaharuan yang mencekam menerka jiwa Lidya hingga ia tak lagi ingat apa-apa.



                      Gelap…..!
                      Kegelapan yang sangat pekat
                      Dan sepi kembali di rasakannya.

                                                                  Banyuanyar: 12-11-2009  


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Friends

Waktu

Pengunjung

- Copyright © CATATAN ULUL ALBAB -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -