Archive for 2015

MAHASISWA TANPA TRI FUNGSI


Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Bismillah, I Proud Of You.

Terima kasih atas pembelaan dari adik-adik Mahasiswa baru tadi sore. terima kasih pula atas segala perhatiannya, pedulinya, dan bahkan partisipasinya yang telah membuat acara ORMABA 2015 dapat terlaksana dengan lancar meski hanya sehari saja. Jika tidak ada kalian, ORMABA tidak akan pernah terlaksana.

Saya hari ini tahu bahwa mahasiswa zaman sekarang sudah berbeda dengan zaman dulu. Saya juga baru tahu hari ini bahwa mahasiswa baru menanggapi Tri Fungsi Mahasiswa dengan guyonan. Dengan bangganya mengatakan tidak tahu. Dan mengatakan yang penting masuk kuliah dan mendapat IPK bagus. :) Saya juga baru tahu hari ini bahwa mahasiswa baru menertawai saya saat ditanya mengapa ada penugasan untuk ormaba. Mungkin memang anggapannya ormaba hanya sebagai ajang humor.

Entahlah, apakah saya yang memang baru tahu bahwa saya tidak bisa memahami mahasiswa baru, atau mahasiswa baru zaman sekarang memang sudah demikian karakternya.?
Kawan-kawan, sahabat-sahabat, adik-adik yang berbahagia.
Mungkin saya saja yang tidak bisa mengerti adik-adik semua. Jangan-jangan Saya tidak pernah tahu bahwa lutut adik-adik terluka tapi saya mengajak berlari. Jangan-jangan saya tidak pernah tahu bahwa adik-adik takut air tapi saya mengajak untuk berenang.?
Tapi yang pasti kami masih ingin berbakti pada agama, bangsa dan Negara. Bagi kami, mahasiswa bukan hanya duduk manis mendengarkan ceramah, mahasiswa bukan hanya menjadi sosok yang menenteng buku kemana-mana.

Tetapi mahasiswa juga ada waktunya menyingsingkan lengan baju, berperang melawan orang-orang DZALIM.!!! bukan dengan senjata pistol, senapan, atau bom Senjata kami hanya DO’A! POSTER! MEGAPHONE! LAGU-LAGU PERJUANGAN dan Pekikan HIDUP MAHASISWA!!!
Darah saya mendidih, jantung saya berdebar keras, dan bahkan tubuh ini kebas saat mendengar pekikan “HIDUP MAHASISWA”
Tahun 1908 pemuda membentuk organisasi strategis Budi Utomo
Tahun 1928 pemuda meneriakkan sumpah pemersatu bangsa Indonesia
Tahun 1945 pemuda menculik Bung Karno Agar Indonesia Merdeka.
Tahun 1966 Pemuda yang sudah disebut mahasiswa menurunkan ORDE LAMA
Tahun 1998 Mahasiswa menumbangkan ORDE BARU kepemimpinan yang dzalim .!!!
Maka dari itu, tidak ada alasan mahasiswa mundur dari barisan. !!! karena mahasiswa adalah Agent of Chance, Sosial Control, dan Man Of Analisys.

yang terakhir, saya dan seluruh panitia yang bertugas memohon maaf sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan sebelumnya. jika ada yang merasa pernah dengan tanpa sengaja terkena kontak fisik dengan panitia lain. silahkan datang ke Sekber BEM. saya relakan punggung saya untuk menerima Qisas dari adik-adik sekalian
selamat jalan adik-adik yang kami banggakan

Selamat berproses. Mari kita sama-sama berharap agar kita benar-benar bangga menjadi mahasiswa Indonesia.

Salam hangat, salam kebanggan, salam perjuangan.!
Hidup Rakyat Indonesia!!!
Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Ketua panitia

Ulul Albab LM Putra.
Wednesday, August 19, 2015
Posted by Ulul Albab LM Putra

ZUN-NUN AL-MISRI DAN SEBUAH CINCIN


Beberapa waktu yang lalu, di Mesir hidup seorang sufi yang masyhur bernama Zun-Nun. Seorang pemuda mendatanginya dan bertanya : “Tuan, saya belum faham mengapa orang seperti anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di zaman yang ini berpakaian baik amat perlu, bukan hanya untuk penampilan namun juga untuk tujuan banyak hal lain.”
Sang sufi hanya tersenyum, ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata : “Sahabat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Cobalah, bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas”. Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu dan berkata : “Satu keping emas ? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu”. “Cobalah dulu sahabat muda. Siapa tahu kamu berhasil”, jawab Zun-Nun. Pemuda itu pun bergegas ke pasar.
 Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak.
Ia kembali kepada Zun-Nun dan memberitahunya : “Tuan, tak seorang pun yang berani menawar lebih dari satu keping perak”. Sambil tetap tersenyum arif Zun-Nun berkata : “Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga. Dengarkan saja, bagaimana ia memberikan penilaian”.17 Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain.
Ia kemudian memberitahu : “Tuan, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar”.
Zun-Nun tersenyum simpul sambil berkata : “Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sahabat muda. Seseorang tak boleh dinilai dari pakaiannya. Hanya “para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar” yang menilai demikian. Namun tidak bagi “pedagang emas”. Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya dapat dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa.

Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu perlu proses dan masa, wahai sahabat mudaku. Kita tak dapat menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas.” Wallahua''lam...
Thursday, February 12, 2015
Posted by Ulul Albab LM Putra

DASAR ORANG DESA (Study Orang Miskin )

Suatu hari seorang ayah dari keluarga  sangat kaya membawa anaknya ke desa untuk menunjukkan kepadanya kehidupan orang-orang miskin. Mereka tinggal  beberapa hari di rumah seorang petani miskin. Sekembalinya dari desa, sang ayah bertanya kepada anaknya,” bagaimana menurutmu perjalanan kita ini?”

“Hebat, Ayah,” kata anaknya.

“Apakah kau melihat bagaimana orang-orang miskin itu hidup?”

“Ya.”

“Lalu, pelajaran apa yang dapat kau ambil dari perjalanan itu?” tanya ayahnya dengan bangga.

“Aku baru sadar, bahwa kita punya dua anjing sedang mereka punya empat. Kita punya kolam renang  luasnya sampai setengah kebun, sedang mereka punya sungai yang tak memiliki ujung.  Kita mengimpor lentera untuk kebun kita, mereka punya bintang-bintang di malam hari. Teras kita sampai halaman depan, sedang mereka seluruh horizon. Kita punya tanah tempat tinggal kecil, mereka punya halaman sejauh mata memandang. Kita punya pembantu-pembantu yang melayani kita, sedang mereka memberikan pelayanan kepada orang lain. Kita membeli makanan kita, mereka memetik sendiri makanan mereka. Kita memiliki pagar mengelilingi dan melindungi kekayaan kita, mereka punya teman yang melindungi mereka.

Sampai di sini, sang ayah tak bisa berkata apa-apa. Kemudian anaknya menambahkan,” Ayah, terima kasih, engkau telah menunjukkan betapa miskinnya kita.”

****  
Kita sering kali lupa pada segala yang kita miliki dan memusatkan perhatian hanya pada apa-apa yang tidak kita miliki.   

Kisah di atas hanya satu dari sekian banyak kisah dan cerita yang bisa kita petik hikmahnya.  Rasullallah pernah bersabda,”Kalimat hikmah adalah milik orang mukmin yang hilang.” (Tirmidzi dan Ibnu Majah). Maksudnya, di mana pun orang mukmin menemukan hikmah maka ia berhak menyimpannya. Ali bin Abi Thalib, sahabat nabi yang paling alim pun, berkata,”Ambillah hikmah dari sumber mana pun.”

Buku ini berisikan kumpulan tulisan orang-orang dari negara seberang yang mempunyai kebudayaan dan keyakinan berbeda dengan kebanyakan kita.  Namun berdasarkan ayat Quran dan hadis nabi di atas, insya Allah, kita bisa memetik banyak hikmah dari pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis lewat kisah-kisah dan ibarat-ibarat mereka yang sederhana tapi bermakna sangat dalam. (Unknown Author)
Posted by Ulul Albab LM Putra

Popular Post

Friends

Waktu

Pengunjung

- Copyright © CATATAN ULUL ALBAB -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -